Kisah Ilmuwan Pencabut Nyawa 135 Ribu Orang Hiroshima dan Nagasaki

Daftar Isi

    Foto: Ledakan Bom Atom Nagasaki dan Hiroshima, Jepang

    Lancang Kuning – Sebelum Jepang bersekutu dengan Amerika Serikat (AS), kedua negara ini adalah musuh bebuyutan. Ya, Jepang dan AS pernah terlibat pertempuran hebat di Perang Dunia II. Jepang yang di luat dugaan mampu menandingi kekuatan militer Amerika, akhirnya kalah telak. Kaisar Hiroho bertekuk lutut di bawah lutut Paman Sam, setelah dua kota Jepang, Nagasaki dan Hiroshima, dihancurkan dengan bom atom AS.

    Ledakan yang pertama terjadi 6 Agustus 1945 di Hiroshima. Hanya berselang tiga hari,  tepatnya 9 Agustus 1945 Nagasaki pun jadi sasaran dan hancur. Puluhan ribu nyawa melayang, jadi korban kekejaman perang. 

    Untuk mengenang peristiwa berdarah itu, jutaan pendudukan senantiasa mengadakan hari peringatan. Pada 2020, salah satu tragedi kemanusiaan terbesar itu genap berlalu 75 tahun.

    Tidak banyak yang tahu bahwa hanya ada satu orang di dunia yang melihat secara langsung, tiga ledakan bom atom yang terjadi pada tahun 1945. Ledakan bom di Nagasaki dan Hiroshima juga menjadi pertanda sebagai berakhirnya Perang Dunia II.

    Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun VIVA Militer melalui Military.com, ada seorang pria yang menjadi satu-satunya orang yang menyaksikan ketiga ledakan bom atom pada Perag Dunia II. Dia adalah Lawrence Johnston.

    Pada waktu itu, tercatat lebih dari 600.000 pekerja baik pria dan wanita yang tengah melakukan rutinitasnya di Proyek Manhattan untuk proses pembuatan bom atom. Tapi hanya Johnston lah yang menjadi saksi, melihat langsung wajah ketiga bom terdahsyat itu.

    Bukan cuma itu, ternyata Johnston memiliki peran penting dalam proses pembuatan bom atom. Dialah yang menjadi pembuat bom yang menewaskan lebih dari 135.000 orang Jepang tewas.

    Awalnya Johnston belajar fisika di Los Angeles Community College dan Universitas California di Berkeley. Setelah itu ia lulus dan menerima gelar Sarjana pada tahun 1940 dari Berkeley. Kemudian melanjutkan studi tentang struktur atom dan transformasi materi menjadi energi.

    Sebelum Amerika meluncurkan bom nuklir kedua kota itu, mereka mengadakan uji coba untuk mengukut seberapa besar dan kuat ledakan yang dihasilkan dalam uji Trinity.

    Saat itu Lawrence Johnston, sebagai salah satu penggagas bom atom berada di dalam pesawat pembom B-29 Superfortress, kendaraan yang meluncurkan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima. 

    “Puji Tuhan, detonator buatan saya bekerja,” kata fisikawan muda yang melihat kilatan cahaya yang menyilaukan serta awan jamur saat bom dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

    Memang Lawrence Johnston sendiri telah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik, dan melakukan terobosan pada mekanisme pemicu bom atom yang terbilang rumit di zamannya.

    Melihat ledakan besar tersebut, ia menyadari bahwa kekuatan destruktif yang sangat besar dan pembantaian besar-besaran yang ditimbulkan oleh ledakan bom nuklir pada saat itu. Johnston melihat bahwa penggunaan bom ini merupakan cara yang mengerikan, hanya untuk mencapai akhir dari peperangan antara Jepang dan Amerika.

    Korban yang tewas dari pemboman di Hiroshima mungkin tidak pernah diketahui, tetapi banyak sumber yang memperkirakan bahwa setidaknya 80.000 tewas.

    Mereka yang tewas akibat hempasan bom serta badai api yang dihasilkan dari bom itu, dan hanya menyisakan siluet di dinding-dinding rumah. Bahkan saking dahsyatnya bom nuklir yang dijatuhkan Amerika, beberapa penduduk Jepang seperti menghilang tanpa adanya jasad.

    “Memang semua orang akan terbunuh karena itu (bom nuklir), tapi saya berdoa untuk mereka. Saya berdoa agar Tuhan membantu kita untuk mengakhiri perang, karena begitu banyak orang terbunuh setiap harinya,” ucap Johnston.

    Johnston merefleksikan perannya dalam mengantarkan Zaman Atom dalam sejarah lisan untuk museum Nasional Perang Dunia II di New Orleans sebelum dia meninggal dunia pada usia 93 tahun 2011 di rumahnya di Moskow, Idaho.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Kisah Ilmuwan Pencabut Nyawa 135 Ribu Orang Hiroshima dan Nagasaki
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar