Ribuan Warga Israel Desak PM Netanyahu Mundur

Daftar Isi

    Foto: Ribuan warga Israel berdemo mendesak PM Benjamin Netanyahu mundur dari jabatannya karena skandal korupsi yang menjeratnya. (AP/Ariel Schalit).

    Lancang Kuning, Jakarta -- Ribuan warga Israel mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur akibat skandal korupsi yang menjeratnya. Ribuan warga tersebut menggelar demonstrasi di sejumlah jalan di Ibu Kota Tel Aviv dan Yerusalem pada Sabtu (1/8) malam.

    Netanyahu terjerat skandal korupsi dalam tiga kasus berbeda. Ia dituduh melakukan serangkaian korupsi itu demi melanggengkan kepemimpinannya sebagai PM.

    Baca Juga: Ini Bocoran Pencairan Gaji 13 PNS 2020

    Kasus korupsi mulai terungkap dan diselidiki sejak 2018 lalu. Namun, persidangan baru diselenggarakan pada 24 Mei lalu di Pengadilan Yerusalem.

    Selain kasus korupsi, Netanyahu juga didesak turun karena dinilai gagal menangani pandemi virus corona (covid-19) yang melonjak di Israel.

    Baca Juga: Geger, Aksi Nekat Pria Tua di Garut Minum Darah Sapi Kurban

    Demonstrasi utama berlangsung di depan kediaman dinas Netanyahu di Yerusalem. Para pedemo membawa slogan dan poster bertuliskan "Netanyahu Gagal" dan "Netanyahu Mundur".

    Sementara itu, di Tel Aviv, ratusan pengunjuk rasa memprotes Netanyahu akibat tingkat pengangguran yang tinggi. Mereka menyatakan kekecewaan terhadap pemerintahan Netanyahu yang dianggap gagal membantu para warga yang terdampak PHK akibat pandemi corona.

    Dilansir AFP, Minggu (2/8), para pedemo terlihat mengenakan masker dan menjaga jarak selama unjuk rasa berlangsung.

    Terkait kasus korupsi, Netanyahu dituduh telah berusaha secara ilegal memberi bantuan dengan imbalan liputan media yang positif untuk dirinya sendiri di surat kabar terlaris Israel, Yediot Aharonot. 

    Ia juga dituduh menerima cerutu, sampanye, dan perhiasan senilai 700 ribu shekel atau senilai hampir Rp3 miliar dari sejumlah orang sebagai imbalan atas bantuan.

    Dari sekian tuduhan yang dialamatkan ke Netanyahu, yang dinilai paling serius adalah dugaan terkait tawaran ke konglomerat media, Shaul Elovitch, mengenai bantuan untuk mengubah peraturan.

    Perubahan ini bernilai jutaan dolar pada raksasa telekomunikasi Bezeq sebagai imbalan atas laporan yang menguntungkan di situs berita Walla!.

    Menurut Amir Fuchs, peneliti di Israel Democracy Institute, tuduhan ini menjadi yang paling kompleks. Ini berbeda dengan kasus suap di mana uang berpindah tangan.

    Netanyahu, lanjut dia, hanya mendapat liputan media. Sedangkan pada kasus Bezeq, Netanyahu dituduh melakukan jauh lebih banyak dari hanya mencari artikel manis.

    Sementara itu, Israel juga terus dihantui oleh lonjakan kasus corona baru setelah sempat dipuji karena dinilai berhasil menangani gelombang pertama covid-19.

    Lonjakan kasus corona baru terdeteksi setelah pemerintah Israel mencabut serangkaian kebijakan pembatasan pergerakan pada akhir April lalu.

    Netanyahu sendiri mengaku bahwa relaksasi dan pembukaan kembali perekonomian Israel terlalu cepat, sehingga tidak memaksimalkan upaya pencegahan penularan corona di negaranya.

    Saat ini, Israel tercatat memiliki 72 ribu kasus corona dengan 523 kematian.

    Demonstrasi anti-Netanyahu sendiri telah berlangsung selama beberapa pekan terakhir.

    Merespons protes terhadap dirinya, Netanyahu malah menganggap media "menyulut propaganda demonstrasi anarki kaum sayap kiri".

    "Mereka berupaya mencuci otak publik demi menjatuhkan PM yang kuat dari kaum sayap kanan," kata Partai Likud yang Netanyahu pimpin melalui Twitter.

    Netanyahu me-retweet kicauan partainya tersebut. Ia bahkan menuding media "menghiraukan kekerasan dalam demonstrasi".

    Netanyahu menuduh beberapa aksi demonstrasi turut mengancam pembunuhan terhadap dia dan keluarganya.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Ribuan Warga Israel Desak PM Netanyahu Mundur
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar